Tuesday, 29 November 2022 |
Pada pemanfaatan radiasi pengion bidang kesehatan dikenal istilah paparan medik, yaitu paparan yang diterima oleh pasien sebagai bagian dari diagnosis atau pengobatan, dan oleh orang lain sebagai sukarelawan yang membantu pasien. Dalam memberikan paparan medik, khususnya untuk tujuan diagnostic dan intervensi, optimisasi perlindungan pasien dari paparan radiasi yang tidak dibutuhkan (unnecessary exposure) menjadi aspek yang penting untuk diperhatikan. Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan Sumber Radioaktif menyatakan bahwa praktisi medis wajib menggunakan tingkat panduan paparan medik pada saat melaksanakan prosedur radiologi diagnostik dan intervensional untuk mengoptimalkan proteksi terhadap pasien.
Hal tersebut di atas diperkuat dengan hadirnya Peraturan BAPETEN (Perba) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Keselamatan Radiasi pada Penggunaan Pesawat Sinar-X dalam Radiologi Diagnostik dan Intervensional, khususnya Pasal 46, yang menyatakan bahwa penggunaan tingkat panduan diagnostik menjadi salah satu aspek untuk menerapkan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi terhadap paparan medik, dan Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keselamatan Radiasi dalam Kedokteran Nuklir, pada Pasal 46 huruf c yang menyebutkan bahwa penerapan tingkat panduan aktivitas radionuklida diperlukan untuk pasien diagnostik. Dengan tersedianya Tingkat Panduan Diagnostik (TPD) atau Diagnostic Reference Level (DRL) nasional, penerimaan dosis yang tidak perlu bagi pasien akibat adanya ketidaktepatan dosis yang diberikan dapat dihindarkan.
Tingkat panduan diagostik digunakan oleh fasilitas kesehatan sebagai salah satu alat untuk penyelenggaraan keselamatan pasien. Pasien yang menjalani diagnosis dengan radiasi pengion harus dijaga agar dosis radiasi yang berikan ke pasien serendah mungkin sesuai dengan kebutuhannya untuk diagnostik atau pun imajing. Pencegahan dari pemberian dosis radiasi yang tidak perlu merupakan target kinerja dari penerapan tingkat panduan diagnostik.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor, dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Tingkat panduan diagnostik ini merupakan salah satu program dalam keselamatan pasien, untuk mencegah kategori insiden Kondisi Potensial Cedera (KPC).
Nilai
DRL akan menjadi indikator bagi fasilitas kesehatan (rumah sakit atau klinik)
dalam menerapkan keselamatan pasien dengan optimalisasi dosis radiasi pada pasien
yang menjalani diagnostik dan imajing menggunakan sumber radiasi pengion. Nilai
DRL secara nasional ditetapkan oleh Kepala BAPETEN sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 38 PP Nomor 33 Tahun 2007. Penetapan nilai DRL secara nasional atau yang
selanjutnya disebut sebagai Indonesian
Diagnostic Reference Level (I-DRL) dilakukan melalui proses pengumpulan
data, analisis dan perhitungan kuantitatif terhadap data dosis pasien, dan
pembahasan teknis melalui Focus Group Discussion (FGD)
bersama para pakar dan pemangku kepentingan terkait.
Pada tahun 2021, BAPETEN telah menetapkan I-DRL untuk modalitas Radiografi Umum dan CT Scan pada jenis pemeriksaan dan kelompok umur tertentu (Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor: 1211/K/V/2021 tanggal 24 Mei 2021 tentang Penetapan Nilai Tingkat Panduan Diagnostik Indonesia (Indonesian Diagnostic Reference Level) untuk Modalitas Sinar-X CT Scan dan Radiografi Umum). Pada tahun 2022, BAPETEN menetapkan I-DRL pada Kedokteran Nuklir Diagnostik dan Fluoroskopi Intervensional (Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 3426/K/XI/2022 tnggal 24 November 2022 tentang Penetapan Nilai Tingkat Panduan Diagnostik Indonesia (Indonesian Diagnostic Reference Level) untuk Pemeriksaan Pasien dengan Kedokteran Nuklir Diagnostik dan Pesawat Sinar-X Fluoroskopi Intervensional).
NILAI TINGKAT PANDUAN DIAGNOSTIK INDONESIA
1. CT SCAN (2021)
Jenis Pemeriksaan |
CTDIvol (mGy) * |
DLP (mGy.cm) ** |
CT Abdomen Kontras |
20 |
1360 |
CT Abdomen Nonkontras |
17 |
885 |
CT Abdo Pelvis Kontras |
16 |
1775 |
CT Abdo Pelvis Nonkontras |
17 |
885 |
CT Cardiac Studies Kontras |
47 |
1200 |
CT Chest Kontras |
16 |
810 |
CT Chest Nonkontras |
11 |
430 |
CT Head Kontras |
60 |
2500 |
CT Head Nonkontras |
60 |
1275 |
CT Neck Kontras |
50 |
2600 |
CT Urologi Nonkontras |
17 |
830 |
Keterangan:
a) Nilai di atas untuk kelompok usia di atas 15 tahun;
b) * Nilai CTDIvol merupakan rerata dari serial pemindaian setiap pasien; dan
c) ** Nilai DLP merupakan total nilai DLP dari serial pemindaian setiap pasien.
2. RADIOGRAFI UMUM (2021)
Jenis Pemeriksaan |
ESAK (mGy) * |
INAK (mGy) ** |
|
Abdomen AP |
2,0 |
1,4 |
|
Ankle joint AP |
0,2 |
0,1 |
|
Antebrachia AP |
0,1 |
0,1 |
|
BNO AP |
1,7 |
1,3 |
|
Chest AP |
0,4 |
0,3 |
|
Chest PA |
0,4 |
0,3 |
|
Cervical LAT |
1,4 |
1,0 |
|
Cervical AP |
0,7 |
0,5 |
|
Femur AP |
0,5 |
0,4 |
|
Genu AP |
0,4 |
0,3 |
|
Genu LAT |
0,4 |
0,3 |
|
Lumbar Spine AP |
2,0 |
1,4 |
|
Lumbar Spine LAT |
4,4 |
3,1 |
|
Manus AP |
0,2 |
0,1 |
|
Pedis AP |
0,2 |
0,2 |
|
Pelvis AP |
1,8 |
1,4 |
|
Shoulder |
0,4 |
0,3 |
|
Skull AP |
1,3 |
0,9 |
|
Skull LAT |
1,2 |
0,9 |
|
GR-Cruris/Tibia Fibula |
0,3 |
0,9 |
|
Wrist joint AP |
0,2 |
0,2 |
|
Waters |
1,7 |
1,2 |
|
Keterangan:
a) Nilai di atas untuk kelompok usia di atas 15 tahun;
b) * ESAK = Entrance Surface Air Kerma, kerma udara dengan hamburan balik. Nilai ESAK diperoleh dengan mempertimbangkan faktor hamburan balik sebesar 1,35; dan
c) ** INAK = Incident Air Kerma, kerma udara tanpa hamburan balik.
3. KEDOKTERAN NUKLIR DIAGNOSTIK (2022)
Jenis Pemeriksaan |
Radiofarmaka |
Aktivitas (MBq) |
PET Tumor |
F-18 FDG |
340 |
Thyroid Scan |
Tc-99m Pertechnetate |
170 |
Thyroid WBS Scan |
I-131 Iodide |
150 |
WBS Scan |
Tc-99m MIBI |
1030 |
Renal Scan |
Tc-99m DTPA |
200 |
Myocardial Perfusion Imaging (MPI) Stress * |
Tc-99m Tetrofosmin, MIBI |
410 |
Myocardial Perfusion Imaging (MPI) Rest * |
Tc-99m Tetrofosmin, MIBI |
410 |
Myocardial Perfusion Imaging (MPI) ** |
Tc-99m Tetrofosmin, MIBI |
1260 |
Bone Scan |
Tc-99m MDP, Pyrophosphate |
770 |
Jenis Pemeriksaan |
Total Kerma (mGy) |
Dose Area Product (Gy.cm2) |
Abdominal Angiogram |
140 |
12 |
Cerebral Angiogram (1-3 vessels) |
400 |
34 |
Coronary Angiogram (1-3 Vessel) |
460 |
20 |
Coronary Angiogram (CAG) |
330 |
24 |
Coronary (CAG) and Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) |
510 |
14 |
Directional Coronary Atherectomy (DCA) |
290 |
20 |
Tunneled Double Lumen Catheter (TDLC) |
6,5 |
2,7 |
Digital Subtraction Angiography (DSA) Head |
350 |
71 |
Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP) |
375 |
105 |
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) |
1,3 |
0,3 |
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) |
790 |
53 |
Pulmonary Artery Catheter (PAC) |
320 |
19 |
PAC and PCI |
1100 |
68 |
Trans Arterial Chemo Infusion (TACI) / Trans Arterial Chemo Embolization (TACE) |
170 |
45 |